Saturday, August 8, 2015

Resensi – YOU ARE THE APPLE OF MY EYE “Kisah-Kasih di Sekolah”



Penulis : Giddens Ko
Penerjemah : Stella Angelina & Fei
Genre : Romance
Kategori : Young Adult, Terjemahan, Mandarin
Terbit : Februari 2014
Tebal : 350 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7742 – 28 – 4
Harga : Rp. 63.000
“Nilai Bahasa Inggrismu bagus, Mandarin dan Sejarah lumayan, Geografi buruk, Matematika dan Fisika sangat buruk. Kalau bukan karena kau bodoh, pasti karena kau tidak belajar, atau mungkin karena cara belajar yang salah. Apakah kau merasa bodoh?” – Shen Jiayi – hlm. 42

Itulah Ke Jingteng, anak laki-laki yang sangat suka membuat lelucon dan keonaran di kelas. Dia tak peduli sama sekali dengan nilainya yang tak karu-karuan.
Suatu ketika, gurunya meminta siswi paling pandai di kelas Ke Jingteng, Shen Jiayi untuk mengawasi anak nakal ini. Dan itulah awal dimana mereka menjadi teman belajar. Shen Jiayi selalu menemaninya mengerjakan soal setiap istirahat. Atau, Ke Jingteng akan meletakkan buku matematika di atas meja Shen Jiayi, lalu mereka akan mengerjakan bersama.
Shen Jiayi punya kebiasaan menusuk Ke Jingteng dengan bulpoin saat mengetahui Ke Jingteng tertidur di kelas, hingga di kemeja seragam Ke Jingteng yang berwarna putih tampak dihiasi titik-titik biru tinta bulpoin. Shen Jiayi juga suka sekali menyebut Ke Jingteng kekanak-kanakan.
“Namun sekarang, kalau aku terus diikuti oleh rasa tidak percaya diri ini, aku tidak bisa menggunakan seluruh diriku untuk menyukai Shen Jiayi. Rasa suka seperti itu, yang bisa membuat orang tertunduk malu, benar-benar tidak nyaman.” – Ke Jingteng – hlm. 127

Ke Jingteng sadar sekali, dia menyukai Shen Jiayi. Tapi, dia tak percaya diri karena kecerdasannya yang biasa saja. Itulah kenapa Ke Jingteng semakin termotivasi untuk memperbaiki nilai-nilainya, untuk menyejajarkan dirinya dengan Shen Jiayi.
Namun, banyaknya pesaing yang juga menyukai Shen Jiayi membuat Ke Jingteng terancam. Mereka bukan orang-orang yang pantas dia remehkan. Karena itu, dia menyerah, dan munculah Li Xiaohua.
“Meskipun kalian saling menyukai, tapi tidak mungkin pacaran terus menerus. Kalau tahu dari awal akan putus, mengapa masih mau pacaran sejak dini? Bukankah seperti ini menjadi tidak berarti?” – Shen Jiayi – hlm. 83

Perubahan Ke Jingteng rupanya menarik perhatian Li Xiaohua. Dia mendekati Ke Jingteng dengan alasan menanyakan cara memecahkan sebuah soal. Ke Jingteng tentu saja membantu dengan senang hati. Dan, dia semakin termotivasi untuk belajar semakin giat karena tidak mau mengecewakan Li Xiaohua.
“Dua gadis di masa mudaku, keduanya membuatku menyadari satu hal ini… hanya dengan ketekunan, seseorang baru bisa menikmati hasil yang indah. Hanya dengan terus tekun berusaha, seseorang baru bisa melihat dunia yang tidak terbayang sebelumnya.” – Ke Jingteng – hlm. 64

Namun, saat dia patah hati karena Li Xiaohua, Ke Jingteng menyadari bahwa hatinya masih menyukai Shen Jiayi. Dia memutuskan untuk kembali mengejarnya.
Dari masa-masa remajanya sampai masa tahun kedua kuliahnya, Shen Jiayi-lah sosok yang selalu mewarnai hidup Ke Jingteng. Masalahnya, apakah Shen Jiayi juga menyukai Ke Jingteng?
“Namun, bukankah kalau ada seratus macam cara untuk kehilangan cinta, maka berarti ada juga seratus cara untuk mendapatkan cinta?” – Ke Jingteng – hlm. 201
 
 You are the Apple of my Eye, novel yang lebih cocok disebut semi autobiografi ini ditulis dari kisah nyata penulisnya. Kita akan disuguhi kenangan-kenangan masa remaja yang begitu berwarna, dan juga seru banget. Banyak hal konyol yang membuat tertawa terpingkal karena ulang mereka, Ke Jingteng and the gank.
Aku cukup geregetan pada Ke Jingteng yang tak pernah bisa percaya diri untuk menyatakan perasaannya pada Shen Jiayi. Oke, kalau saat mereka masih di bangku sekolah menengah pertama sih bisa dipahami, tapi selanjutnya kan sudah beda. Sikap Shen Jiayi saja sudah jelas begitu, kok ya tetap nggak berani, ya?
“Saat menyukai seseorang, tidak ada waktu yang bisa dikatakan paling tepat untuk menunjukkannya. Kapan harus mengungkapkannya sehingga orang yang kita sukai tahu tentang perasaan kita, juga tidak aa kesempatan yang bisa dibilang paling tepat untuk melakukannya.” – Ke Jingteng – hlm. 207

Trus tentang Ke Jingteng dengan Li Xiaohua, mereka punya hubungan yang tampak pasti. Saat di bagian ini, kita akan merasakan seperti apa kisah cinta monyet di masa ABG yang kelihatan malu-malu tapi mau. Sayang, mereka berpisah dengan alasan yang menurut aku absurd banget.
Yang makin absurd lagi, apa sih alasan Li Xiaohua tiba-tiba berganti nama saat sekolah menengah atas? Masak hanya gara-gara Ke Jingteng trus ganti nama, gitu?
Aku kurang suka dengan narasinya. Duh, panjang banget dan kurang efesien. Ini bagian yang bikin mudah bosan. Alurnya juga lambat banget. Dan, ada beberapa kali penulis menyisipkan kisah di masa sekarang saat dia sudah menjadi seorang penulis, saat dia mengenang kembali kisahnya dengan Shen Jiayi – kalau yang ini aku suka. Dia juga menceritakan kenapa dia menggunakan nama Giddens Ko, lho.
Aku jadi teringat Pamanku yang juga punya teman karib seorang penulis. Mereka sering bertemu dan menghabiskan waktu bersama, persis seperti Ke Jingteng alias Giddens Ko dan teman-temannya. Mereka juga senang sekali mengenang masa muda. Teman pamanku itu juga menulis novel semi autobiografi, ada kisah Pamanku juga di sana.
Entah kenapa, sejak bab pertama aku sudah kesulitan menelaah isi novel ini. Aku nggak tahu ini karena memang bawaan novelnya, atau terjemahannya yang kurang sempurna, atau memang akunya yang nggak cocok baca novel dengan jenis semi autobiografi seperti ini.
Namun, dari novel ini aku belajar banyak tentang manfaat lain cinta di masa sekolah. Ternyata, nggak selamanya cinta punya dampak buruk, lho. Andaikan saja semua anak seperti Ke Jingteng, mungkin sejak SD mereka sudah boleh pacaran.
Aku sudah menonton fimnya. Sebelum membacanya, malah. Dan, ternyata novel dan film nggak sama. Di film nggak ada Li Xiaohua, dan kisah mereka bukan dimulai dari sekolah menengah pertama, tapi sekolah menengah atas dan berlanjut ke dunia kuliah. Dan, aku lebih suka nonton filmnya saja. Karena saking sukanya, film itu masih juga ada di folder laptopku sampai sekarang. Pengin nonton lagi kalau sudah senggang.
Endingnya, untuk film dan novel sama-sama bikin aku menghela napas. Ya ampun, setelah seperti itu, kenapa begini?
Oke, langsung ratingnya, aku kasih 1,3 dari 5 bintang. Maaf, jujur aku kurang – mungkin lebih tepat, sangat kurang menikmati novel ini.

1 comment:

  1. Yang minat novel ini, bisa langsung kontak Booklaza di WA 085736100626 line deeputu atau BBM 74D81B01. Ada 3 pcs, kondisi second mulus banget. harga jelas murah gila dari pada harga baru.

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos