Tuesday, August 4, 2015

Resensi – ONE LAST CHANCE “Dibalik sebuah kisah novel roman”



Penulis : Stephanie Zen
Penerbit : Gramedia
Genre : Romance
Kategori : Young Adult, Metropop
Terbit : Juli 2012
Tebal : 288 hlm
ISBN : 978 – 979 – 22 – 8255 – 9
Harga : Rp. 45.000

“Tak boleh ada patah hati yang tak menghasilkan royalty, Kayla sayang. Tak boleh ada.” – Adrienne – hlm. 12

Itulah motto Adrienne Hanjaya, penulis novel romance best seller yang selalu menuliskan kisah nyatanya di dalam novel-novelnya. Tidak hanya kisahnya yang nyata, nama tokoh cowoknya pun adalah nama yang sebenarnya.
Buat Adrienne, dia melakukan itu semua sekaligus untuk membalas dendam pada cowok-cowok yang sudah menyakitinya, dengan membuat ending mengenaskan untuk para tokoh cowoknya, dan happy ending untuk tokoh ceweknya, yaitu dirinya sendiri.
“Balas dendam, no matter how sweet it is, nggak akan pernah membuatmu bahagia, Dri. Just forgive. Let go, and let God do the rest. You’ll be much happier.” – Aidan – hlm. 79

Kayla, sahabat baiknya, mencoba mengingatkan Adrienne bahwa tindakannya itu bukan hal yang bijaksana. Tapi, Adrienne tak menggubrisnya.
Adrienne boleh saja tenang saat ini. Namun, salah satu tokoh di novelnya merasa tidak terima. Dia siap melakukan pembalasan dendam lewat seseorang yang sangat berarti buat Adrienne.
“Sempurna. Kamu membohongi aku, Jaden, Dirga, serta Gerry. Tiga-kosong. Tiga untuk Adrienne Hanjaya, kosong untuk Danny Husein yang bodoh dan lugu, yang mudah saja percaya  dan tertipu pada topeng Adrienne yang manis.” – Danny – hlm. 182

Danny, calon dokter, yang ditemui Adrienne saat bakti sosial di Tosari, daerah yang letaknya sekitar 10 kilometer dari Gunung Bromo. Tanpa dia rencana, perasaan tertarik itu muncul, membuat keduanya semakin sering berintraksi lewat facebook, sms dan akhirnya sering jalan bersama.
Bertemu Danny, membuat Adrienne berharap banyak untuk menulis kisah cinta yang manis dan happy ending dimana kedua tokohnya bisa bersama. Tapi ternyata, ada seseorang yang tidak senang jika mereka bersama. Dia memberitahu Danny tentang kebiasaan Adrienne dalam menulis novel-novelnya.
“Dan dia mungkin…. menuliskan semua kisah menyakitkan itu karena dia belum punya cerita indah untuk dituliskan. Kalau dia sudah punya cerita indah, pasti dia lebih memilih untuk menulis cerita indah itu, dibanding menulis kisah menyakitkan, betul nggak?” – Irina – hlm. 249

One Last Chance, novel kehidupan seorang penulis best seller yang terlalu angkuh menggunakan kemampuan menulisnya untuk balas dendam. Ini tema yang cukup unik.
Aku – yang lumayan suka menulis roman juga – bisa belajar banyak untuk bijak dalam memilih segala hal untuk tulisanku. Ternyata, memilih nama juga bisa bikin masalah. Tapi, aku memang nggak suka menulis kisah nyataku, sih. Kalaupun menuliskannya, aku nggak menjadikan itu sebagai fokus cerita, cuma sekedar bumbu-bumbu saja.
Adrienne, tindakan konyolnya memang bikin orang tercengang – kalau saja ini terjadi di dunia nyata. Tapi, alasan kenapa dia menggunakan nama cowok-cowok yang sudah menyakitinya, tampak bisa diterima. Motto yang dia terapkan juga bikin novel ini lebih terasa ada tantangan.
Meskipun Adrienne tampak gegabah, tapi Adrienne punya karakter yang menyenangkan, baik hati, pekerja keras, tulus, juga bukan tipe orang yang keras kepala. Dia bisa dengan lapang dada meminta maaf, itu contoh yang sangat baik.
Karakter Danny yang humble, dengan caranya berpikir yang begitu prinsipil, juga beberapa kelemahan dia yang sulit move on kalau sudah terluka, serta terlalu tertutup, dan erg… dia terasa seperti cowok yang agak lugu – mungkin – membuat Danny lebih manusiawi dan cocok sekali kalau dia berasal di Tosari.
Yang membuat aku kurang greget saat membacanya adalah narasi penulis. Juga kurangnya kadar konflik di beberapa bagian, ini membuat semangat membaca menurun.
Narasi penulis terkadang terasa bertele-tele, kurang to the point. Tapi, setiap percakapannya cukup enak untuk dinikmati. Alurnya agak lambat. Namun, aku suka sekali dengan penyelesaian masalahnya, brilliant!
Poin positif di novel ini adalah selain belajar untuk bijak dalam menulis, aku juga belajar tentang dampak dari balas dendam, dan manfaat dari ‘meminta maaf, dan memaafkan’.
Memang, setiap novel Stephanie Zen selalu mengajarkan banyak hal tentang nilai-nilai kehidupan. Nggak banyak, lho, penulis yang bisa menggugah hati pembacanya untuk belajar hidup lebih baik seperti ini.
Rating novel ini 2,4 dari 5 bintang.

1 comment:

  1. Minat sama novel ini? Mampir aja di Instagram Booklaza atau cek updatenya di http://booklazashop.blogspot.com/

    Novel ini bisa diorder dengan harga 38.000 | Second

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos