Wednesday, June 24, 2015

Resensi – MENCARIMU “Tak ada yang bisa menebak alur waktu”


Penulis : Retni S.B
Penerbit : Bentang Pustaka
Genre : Romance
Kategori : Adult, Travelling
Terbit : 2014
Tebal : vi + 298 hlm
ISBN : 978 – 602 – 291 – 024 – 4
Harga : Rp. 49.000
Setiap manusia punya sejarah. Sejarah dari siapa asal-usulnya ada di dunia. Sejarah di mana dia dilahirkan. Tapi, Matahari ‘Ari’ merasa asal-usulnya seperti sebuah pertanyaan besar.
Selama ini, Matahari hanya dibesarkan oleh ibunya. Dia tumbuh tanpa seorang ayah. Awalnya, dia merasa tak ada masalah. Tapi, perlahan dia tahu, ibunya yang membuat semua tampak tak ada yang perlu dicemaskan. Ibunya yang selalu berbohong di depannya dengan menunjukkan wajah bahagianya.
“Salah. Ibu bukan perempuan biasa. Nggak ada perempuan biasa yang mau saja menjadi single parent tanpa alasan yang jelas. Jadi, sudah pasti dia itu luar biasa. Dan perempuan luar biasa nggak boleh menangisi hal-hal biasa. Itu hukumnya haram.” – Matahari – hlm. 12

Irsal Mahangka, Matahari tahu pria itulah bapak biologisnya. Dia sangat ingin menemukannya. Bukan untuk menuntut pertanggungjawaban. Hanya sekedar ingin melihat dengan matanya sendiri, seperti apa pria yang sudah meninggalkan ibu dan dirinya.
Matahari meninggalkan Yogya. Dia diterima menjadi reporter Majalah Jelajah di Jakarta. Jelajah adalah salah satu media yang dimiliki Irsal Mahangka.  Dimulai dari Jelajah-lah Matahari mengenal Rakho, sang atasan berpangkat Deputy Editor in Chief yang meragukan kemampuannya. Untuk menguji kemampuan Matahari, Rakho memintanya untuk menemui seorang backpacker handal sekaligus seorang travel writer dan photographer – Owan.
Ternyata, ujian yang diberikan Rakho menjadikan awal sebuah hubungan persahabatan antara Rakho, Matahari, dan Owan.
“Matahari…mau, nggak, kamu bersama-sama denganku membuat sebuah kisah cinta yang mudah-mudahan selamanya? Mau, nggak, kamu mengatakan hal yang sama kalau aku bilang I love you?” – Rakho – hlm. 119

Ingat, kan, persahabatan pria dan wanita biasanya selalu berbumbu cinta? Begitu juga dengan mereka. Perlahan, Rakho menyadari perasaannya untuk Matahari. Meskipun kesan pertama cinta mereka berjalan mulus, sayang sekali, ternyata semua salah.
Ada sesuatu yang mengikat mereka berdua – Rakho dan Matahari. Dan, ada sesuatu yang coba Owan sembunyikan dari mereka pula.
Semua mulai dibuka berasama jejak kaki yang mereka goreskan di tanah Anambas, Yogyakarta, Jakarta, Bogor, Bali, dan Nepal.
“Waktu tak bisa kita paksa untuk berhenti di satu titik. Ia terus bergerak, untuk memberi kesempatan pada berbagai peristiwa, baik atau buruk, suka atau tidak suka.” – Rakho – hlm. 142

Mencarimu, novel Retni SB yang awalnya membuat aku khawatir akan kehilangan keklasikan yang sangat khas darinya. Alhamdulilillah, dia masih Retni SB yang dulu, yang pernah aku jumpai di Novel My Partner, Wedding Organizer, Pink Project dan Dimi is Married.
Membaca di bagian pembuka, aku merasa temanya terlalu biasa, mencari seorang ayah dan melakukan kegilaan, yaitu meninggalkan tempat paling nyamannya, dan segala hal yang dia sukai hanya untuk menjawab sebuah pertanyaan besar dalam hatinya.
Ternyata, aku menemukan keasyikan tersendiri di novel ini. Aku dibuat mengenal sosok Rakho yang terlihat garang tapi begitu manis dan romantis. Kemudian, si Owan yang tampak kumal tapi hebat, dan spektakuler (karena berhasil menjelajahi berbagai tempat di dunia dan sangat terkenal sebagai travel writer). Dia ini tak nampak sebagai orang hebat. Padahal, Owan cukup membuat aku angkat jempol empat saat semakin mengenalnya di bab-bab setelah hubungan Rakho dan Matahari diuji. Untuk Matahari, jelas dari awalpun aku merasa dia cewek yang keras kepala, tak mau menyerah pada nasib, menyenangkan, dan menarik.
Novel ini menawarkan hal paling bikin aku ngiler. Travelling, backpacker-an ke tempat-tempat keren. Kepulauan Anambas! Ya ampun, histeris! Beneran, saat setting di sini, apalagi ada momen romantis Rakho dan Matahari – bikin tempat ini makin gila kerennya.
Pas di bagian belakang, diselipin juga cerita perjalanan Rakho di Nepal. Huaahh… novel ini udah kayak novel yang bertema travelling aja, deh.
Kisah cinta mereka nggak dibikin romantis yang bikin e’nek. Beda banget, deh romantisnya Mbak Retni sama yang lain. Romantis manis yang nggak berlebihan tapi nagih banget. Aih, jadi, bikin mau lagi…mau lagi…mau lagi…!!!
Dari novel ini, kita diajari untuk menerima takdir, memaafkan, dan mencoba hal yang terasa tak mungkin untuk dijadikan mungkin demi kebaikan semuanya. Cinta tak melulu harus dijunjung paling atas. Ada beberapa hal yang harus dipikirkan secara logika untuk mengalahkan hati. Pada saatnya, selalu ada surprise di ujung cerita.
“Cinta memang aneh, ya. Selain bisa membuat gembira ria, juga pintar membuat air mata… Tapi, meski jatuh bangun dibuatnya, manusia nggak kapok-kapoknya berhadapan dengan cinta.” – Om Dud – hlm. 217

Di novel ini, aku salut sama Om Dud yang mencintai ibu Matahari dengan caranya yang ekstrim. Dia berani berkorban dengan hidupnya. Dia rela tak mengenal perempuan satupun untuk mengabdikan cintanya yang tak terbalas.
Dan, Owan. Pria ini beneran nggak bisa ditebak. Sifat usil dan selengeannya tampak begitu berkebalikan dengan apa yang sudah dia lakukan untuk Matahari. Owan, ah…dia kayak Power Ranger Merah di novel ini.
Ratinya, 4,3 dari 5 bintang.
Satu lagi, aku suka sama ending-nya. Aku selalu nunggu karya-karya selanjutnya dari Mbak Retni.

1 comment:

  1. Minat sama novel ini? Mampir aja di Instagram Booklaza atau cek updatenya di http://booklazashop.blogspot.com/

    Novel Ini bisa diorder
    Harga 45.000
    Segel

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos