Thursday, October 23, 2014

Resensi – DONGENG SEMUSIM “Mencari makna untuk mencinta”



Penulis : Sefryana Khairil
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Adult, Romance
Terbit : 2010 (Cetakan ketiga)
Tebal : viii + 260 hlm
ISBN : 979 – 780 – 369 – 4
Harga : Rp. 35.500

“Sarah nggak tahu bagaimana menjelaskan rasa tertariknya pada Nabil. Yang pasti, dia merasa Nabil adalah dunia untuk dipijaknya.” – hlm. 21

Dan mulai saat itulah cinta berbeda agama ini mulai diperjuangkan. Ternyata, cinta mampu memaksa Sarah untuk melakukan pengorbanan besar, berpindah agama dan dijauhi oleh papanya. Kemudian, Sarah memutuskan menikah dengan Nabil, tanpa restu sang papa.
Di awal pernikahan, semua tampak indah. Meskipun dalam hati Sarah selalu ada yang kurang. Dia belum merasa tenang sampai mendapatkan restu papanya. Sayang, restu itu tak pernah didapatnya. Sang papa terlalu cepat pergi, membuat Sarah sangat merasa kehilangan.
Rumah tangga Nabil dan Sarah mulai diuji. Dari sikap Nabil yang mulai berubah saat mengetahui Sarah hamil. Kemudian, Sarah semakin dekat dengan agamanya sekarang – Islam. Dia mulai rajin salat, bahkan mencoba mengenakan hijab. Tapi, tampaknya apa yang dilakukan Sarah bukannya membuat Nabil senang, tapi sebaliknya. Nabil tak suka dengan perubahan pada Sarah. Dia ingin Sarah tetap seperti dulu.
“Perubahan. Berubah. Setiap orang pasti berubah. Termasuk gue, lo, atau siapa pun… Memang nggak serta-merta kita bisa menerima perubahan, tapi pelan-pelan… Gue yakin lo pasti bisa menerima perubahan Sarah.” – Rizky – hlm. 188

Sayangnya, apa yang ada di hati Nabil tak pernah dia ungkapkan. Dia memilih memendamnya dan hanya memperlihatkan ketidaksukaannya dengan ekspresi saja. Kalaupun dia mengungkapkan ketidaksukaannya, dia malah terkesan kasar.
“Mungkin, gue yang nggak tahu dari sisi mana cinta melihat, Ky. Gue cuma tahu cinta dilihat oleh mata gue sendiri.” – Nabil – hlm. 188

Sarah mulai bingung dengan segala keadaan yang dihadapinya. Sarah mulai tak mengenal pria yang dipilihnya. Dia berusaha untuk bertahan. Tapi, Nabil semakin lama semakin menjadi. Akankah cinta itu bisa bertahan?
“Mencintai bukan kemarin atau besok, melainkan hari ini. Kita punya masa lalu, kita juga punya bayangan masa depan, tapi kita tidak tahu hari ini akan berakhir kapan.” – Gladys – hlm. 234

Dongeng Semusim, karya Sefryana Khairil. Sebuah kisah tetang sepasang suami istri yang mencoba mempertahankan sebuah biduk rumah tangga. Sebuah cerita yang mengajak pembaca menyadari bahwa sebuah komunikasi dan kejujuran adalah modal penting dalam jalinan asmara.
Sayangnya, Nabil tak tahu tentang itu. Dia memendam apa yang seharusnya dia katakan pada istrinya. Dia juga tak pernah mau menerima perubahan. Padahal, manusia hidup selalu berjalan bersama perubahan sekecil apapun. Ya, Nabil adalah cowok dengan karakter egois, dan keras kepala.
“Nggak selamanya hidup berjalan sesuai keinginan kita. Kadang-kadang, kita juga harus memandang sesuatu dari kacamata orang lain.” – Aan – hlm. 146

Berbeda dengan Nabil, Sarah diciptakan menjadi cewek yang mencoba tak mau kalah dengan keadaan. Sarah adalah istri yang baik, yang mau mencoba mengalah untuk kebaikan bersama. Tapi, Sarah tetaplah manusia biasa yang kadangkala tetap saja lemah dan punya titik lelah.
“Bukannya dia pilihanku, Dys? Aku begini karena dia. Aku berusaha demi dia. Dan, kamu juga bilang, Tuhan tahu aku bisa melindungi Nabil jauh dari dirinya sendiri, kan?” – Sarah – hlm. 161

Membaca novel ini aku jadi merasa disindir sendiri. Aku lahir sebagai muslim. Tapi, ketekunan untuk mempelajari agama masih kalah dengan mualaf seperti Sarah. Kenyataan itu juga tergambar jelas pada Nabil yang sejak lahir sudah muslim. Dia tampak tak terlalu mau tahu tentang agamanya. Bahkan, Nabil terkesan lupa dia itu beragama apa.
Keadaan Nabil dan Sarah tampak begitu kontras. Sarah begitu bersemangat mempelajari agama barunya. Dia rajin salat, bahkan berniat memakai hijab. Perubahan padanya begitu indah. Tapi, anehnya suaminya malah tak menyukai itu.
Dari dua tokoh utamanya saja, penulis berhasil menceritakan apa yang ingin dia sampaikan. Karakter tokoh-tokohnya juga sangat kuat. Nasihat-nasihat yang ingin dicurahkan tampak lembut dituturkan sehingga tak tampak mengajari pembaca.
Sayangnya, aku tak menyukai pilihan nama tokoh pria utamanya. Kenapa harus ‘Nabil’? Menurutku, nama itu lebih identik dengan cewek. Nabila, itu nama anak tetanggaku. Makanya, saat membaca nama Nabil, aku mengira dia tokoh ceweknya, meskipun nama panjangnya bukan Nabila.
Juga bagian akhir, ending-nya, menurutku malah kurang mantap. Akah lebih asyik kalau cerita berakhir di Bab 13 saja. Taste yang ditinggalkan lebih terasa menyentuh, dan menimbulkan bekas.
Untuk novel yang mengambil POV orang ketiga, pembagian cerita sangat balance sekali. Inilah contoh penulisan POV orang ketiga yang mendekati sempurna.
Terkadang, penulis lupa kalau mereka menulis dengan POV orang ketiga. Mereka begitu asyik bercerita dari sudut salah satu tokoh. Untuk tokoh lainnya memang tetap punya porsi, namun tidak seimbang.
Oh iya, meskipun novel ini tentang kehidupan suami istri, tapi sangat-sangat aman dibaca pembaca usia berapapun karena tak ada adegan dewasa sama sekali.
Rating untuk novel ini 3,2 dari 5 bintang.

1 comment:

  1. Wah, reviewnya keren, novel ini cukup menarik memang... oiya, klu ada yang mau beli, di toko buku kami masih ada ya...

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos