Wednesday, August 20, 2014

Resensi “Test Pack” – Cinta di antara dua tanda garis



Penulis : Ninit Yunita
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Romance, adult
Terbit : 2006 (Cetakan ketujuh)
Tebal : xiv + 230 hlm
ISBN : 979 – 3600 – 96 – 9
Harga : 36.500
Menikah, memiliki anak, dan hidup bahagia selamanya adalah keinginan – hampir – semua orang. Tapi, bagaimana jadinya jika tak satupun seorang anak hadir dalam pernikahan yang sudah berdiri selama tujuh tahun?
“Terkadang dunia berputar tidak sejalan dengan apa yang ada di hati. Keinginan tidak searah dengan apa yang terjadi.” – Tata – Hlm. 156

Tata dan Rahmat hidup bahagia sebagai suami istri. Tata berprofesi sebagai seorang Pengacara, dan Rahmat berkerja sebagai Psikolog. Namun, pekerjaan mereka tampak saling bertolak belakang. Tata sering ditugasi untuk menyelesaikan masalah perceraian. Sedangkan Rahmat lebih berusaha untuk mendamaikan suami istri yang ingin bercerai.
Tunggu, Test Pack bukan membahas masalah ini. Tapi ini tentang rumah tangga Tata dan Rahmat yang tak juga mendapatkan seorang anak meskipun mereka sudah tujuh tahun menikah.
“Saya nikah sama kamu kan karena saya ingin nikah sama kamu, karena saya sayang kamu, bukan karena kamu hamil… bukan karena kamu bisa punya anak atau nggak…” – Rahmat – Hlm. 10

Buat Rahmat, anak bukan jadi masalah besar asalkan dia masih bisa bersama Tata. Namun, buat Tata, anak sudah menjadi ambisi dalam hidupnya. Dia ingin seorang anak yang dia lahirkan sendiri. Itulah sebabnya, Tata selalu melakukan pengecekan menggunakan test pack. Dia mengumpulkan test pack itu dalam kantong plastik. Bahkan, Tata mengoleksi berbagai bentuk test pack. Sampai-sampai, jika ada teman yang pulang dari berpergian, oleh-oleh untuk Tata adalah test pack.
Sayangnya, tanda dua garis merah yang lama dinanti Tata tak pernah muncul. Semakin hari, Tata semakin tertekan. Masalah anak dan kehamilan  jadi masalah yang sensitif untuknya.
Sebenarnya, Rahmat juga menginginkan seorang anak. Namun, dia berusaha tetap tegar dengan keadaan rumah tangganya agar Tata tetap memiliki pegangan untuk terus kuat. Rahmat sudah bertekat, dia tidak akan meninggalkan Tata meskipun istrinya itu invertil.
“Saya sayang kamu, Ta… saya ingin kamu jadi dunia saya. Kamu mau ‘kan?” – Rahmat – Hlm. 169
“Bagi dunia, kamu mungkin hanya seseorang. Tapi bagi saya, kamu adalah dunia yang selama ini sata cari.” – Tata – Hlm. 169

Test Pack adalah sebuah novel segar dengan humor ringan dan karakter yang kuat. Tema yang diambil juga menarik. Cara berceritanya terasa aktif dan memikat. Novel ini jauh dari rasa datar dan membosankan. Jempol buat penulisnya.
Tata tipe wanita karier yang sigap. Namun, dia terkesan emosional dan sensitive. Dia tampak pas disandingkan dengan Rahmat yang terkesan cuek, tenang, tapi sebenarnya dia peduli.
Yang paling aku suka adalah cara interaksi si Neng, panggilan sayang Rahmat untuk Tata, dan si Kakang, panggilang sayang untuk Rahmat yang – terkesan kocak. Penggunaan Bahasa Indonesia, Sunda dan Inggris dalam percakapan mereka juga terasa begitu mengalir. Pertengkaran-pertengkaran ringan antara mereka adalah bagian menarik lainnya yang tak kalah memikat.
Meskipun kocak, di akhir cerita aku menemukan kisah yang sendu. Saat Tata ditantang untuk mengikuti egonya, atau tetap ada dalam jalur yang selama ini berjalan meskipun apa yang dia inginkan akan menjadi nihil.
“Gue menyakiti kakang, Kakang menyakiti gue. We keep on fighting over and over again.” – Tata – Hlm. 154

Beberapa quote di akhir cerita juga manis sekali. Namun, aku kurang suka dengan pilihan nama dokternya. Kenapa harus Dokter Peni. S, sih? Kenapa nggak pakai nama yang biasa saja.
Udah hanya itu, sih. Lainnya top.
Untuk cover, novel ini sepertinya punya tiga versi cover. Yang pertama, seperti pada gambar paling atas resensi ini. Versi inilah yang aku baca. Lalu, ada versi cetak ulang dan cover film-nya.
Untuk ratingnya 2,9 dari 5 bintang.

Buku ini bisa langsung kalian order ke aku dengan harga Rp. 23.000 saja (Exc ongkir). Minat? Langsung kontak BBM 74D81B01 atau Whatsapp : 085736100626.

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos