Monday, December 2, 2013

Review - MANUSIA SETENGAH SALMON “Guyonan Tak Sekedar KakaKiki”




Penulis : Raditya Dika
Penerbit : Gagasmedia
Halaman : viii + 254 hlm
Tahun Terbit : 2011
Harga : Rp. 42.000
ISBN : 979-780-531-x

Sebuah kehidupan selalu punya tawa dan tangis, senyum dan sendu, semangat dan galau. Dan, buku Manusia Setengah Salmon yang berisi 16 tulisan Raditya Dika merangkum semua itu untuk kita.
Dimulai dari kisah Raditya dan ayahnya dalam cerpen Ledakan Paling Merdu.
Ledakan Paling Merdu, aku pikir akan menceritakan tentang kejutan yang mengerikan namun manis. Ternyata benar, memang tentang ledakan, ledakan kentut maksudnya.
Ayah Raditya punya kebiasaan senam kentut di pagi hari. Gerakannya aneh banget dan nggak senoh-noh. Tapi, bikin ngakak. Sekalipun ceritanya berasa nggak serius, namun ada rasa yang disampaikan dengan hati juga.
“…Lucu juga, gimana kita sebenarnya tinggal di satu rumah, tetapi masih jarang bertemu.” Hlm. 13

Sepotong Hati Di Dalam Kardus Coklat. Celetukan Raditya tentang kisahnya putus cinta sekaligus harus pindah rumah. Dia mengaitkan dua kejadian tersebut pada masalah perpindahan hati. Cara bercerita yang cerdik. Lagi-lagi aku dibuat senam perut sekaligus dapat ilmu.
 “Ada perasaan yang sama antara sehabis putus dengan pindah rumah. Keduanya sama-sama harus meninggalkan sesuatu yang akrab dengan kita. Keduanya sama-sama memaksa kita untuk mengingat-ingat kenangan yang ada sebelumnya, disadari atau tidak. Dipaksa atau tidak.” Hlm. 35
Dalam Cerpen Bakar Saja Keteknya, Raditya menyadarkanku tentang berani jujur, mengatakan yang sebenarnya sekalipun kenyataan itu terlalu sulit diungkapkan karena takut menyakiti. Namun, dalam praktiknya, ilmu Raditya mempan sama sopirnya yang bau ketek. Dan karena kejujurannya, akhirnya tak ada lagi yang dirugikan. Sopirnya nggak perlu dipecat gara-gara bau badan, dan Raditya berhasil menyelamatkan paru-parunya dari racun mematikan dari Sugiman, sopirnya.
Juga tentang kisah Raditya dan ibunya. Sejujurnya, aku mengalami apa yang dirasakan Raditya. Ibu yang protektif berlebihan memang kadang terasa mengganggu. Namun, sama dengan Raditya saat mendengar kisah hidup Perek (nama orang, dan tidak berkonotasi negatif) yang mengaku tak punya ibu, aku sadar kalau betapa beruntungnya punya ibu.
“Kita nggak mungkin selamanya bisa ketemu dengan orang tua. Kemungkinan paling besar adalah orang tua kita bakalan lebih dulu pergi dari kita… Dan kalau hal itu terjadi, sangat tidak mungkin buat kita untuk mendengarkan suara menyebalkan mereka kembali.” Hlm. 133.

Lagi, sekalipun dalam paparan ala Raditya yang lebih terkesan becandaan, namun fakta yang diceritakannya lewat cerpen berjudul Jomblonology berasa benar sekali. Sangat benar, dan nggak ada yang meleset.
Dan akhirnya Manusia Setengah Salmon di tutup dengan cerpen yang berjudul sama. Kali ini Raditya membawa pembaca pada rasa galau tentang perpindahan. Pindah dari rahim ibu ke dunia, pindah rumah, pindah hati, bahkan pindah status, dan keadaan.
Disini apa yang dia ucapkan aku rasakan juga. Aku yang masih sendiri merasa aneh melihat teman-teman dari SD sampai teman kuliah sudah terlihat ibu-ibu dan bapak-bapak yang sebenarnya sepantaran denganku. Mereka terlihat jauh berbeda denganku yang masih nggak berubah, dengan penampilan ala umur 20an, padahal udah 20 plus-plus. Pemikirannya juga berbeda sekali denganku. Aku masih asik main-main. Mereka sepenuhnya hidup untuk anak dan keluarganya sekarang. Wao!!!
Bagian berjudul Penggalaun yang dibikin Raditya juga nyentil banget. Contohnya :
“Jatuh cinta itu musuh akan sehat.” Hlm. 205 à  Benar sekali, saudara-saudara.
“Hampa itu seperti langkah tak berjejak, senja tapi tak jingga, cinta tapi tak dianggap.” Hlm. 205 à Seratus, brow!

Namun, ada juga tulisan dia yang absurd banget. Kayak Interview With The Hantus, Emo..Emo…Emo...Emotikon!, dan lainnya. Ini lebih buat hiburan saja kali, ya?
Raditya juga memperlihatkan seberapa dekat dia dengan followersnya. Dari masukin beberapa mention followersnya yang dijawab asal sama dia. Juga saat dia sakit gigi dan tanya ke followersnya, tanya dimana dokter gigi yang buka saat lebaran. Sekalipun jawaban para followers itu nyeleneh abis.
Oh, ya masalah pakai behel itu seperti menyuarakan penderitaanku saat pakai behel. Hohohoho…tapi, masih ngerian dia. Aku, syukurlah nggak sampai sariawan seperti dia. Dan saat cabut gigi, nggak sampai merana kayak dia, walaupun sebenarnya cenut-cenut juga.
Intinya, buku ini nggak cuma ditulis buat ngakak aja, tapi ada pesan yang coba disampaikan. Dan dia berhasil menyampaikannya dengan guyonan keren khas Raditya Dika. Nggak heran dia bisa terkenal gitu. Hebat…hebat!!!

Ratingnya 3,2 dari 5 bintang.

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos