Monday, June 17, 2013

Flash Fiction - COFFEE MEMORY





Flash Fiction ini untuk
diikut sertakan di Giveaway Novel

Entah berapa lama aku duduk di sudut paling menyenangkan untukmu di kedai kopi favoritmu. Kau tahu apa yang aku lakukan? Menikmati Cappuccino dan mengenang rasa kopi dalam cinta kita. Begitu pahit, dan manis yang samar, sama seperti katamu.
Yah, aku masih mengingat kata-kata manismu dua tahun yang lalu. Pertama kalinya kita berkencan sebagai sepasang kekasih.
“Kamu tahu apa bedanya cinta kamu sama kopi ini?” aku hanya menggeleng, tak ada ide untuk menjawabnya.
“Perbedaannya, segelas kopi sehari hari cukup untukku. Tapi, aku tak bisa sedetik saja tanpa cintamu,” kau menatapku penuh puja, membuatku tertunduk begitu saja.  “Ternyata cintamu lebih adiktif dari pada kopi,” kali ini tawamu bergulir. Membuatku semakin merona.
Tapi, dua bulan lalu semua sudah berubah. Mungkin, kau menggap cintaku tak seadiktif dulu.
“Aku tahu, cinta kita memang senikmat kopi. Tapi, ternyata semakin disesap, semakin terasa pahit, dan  manisnya hanya samar-samar saja. Sama seperti cinta kita,” katamu.
“Sekarang aku menginginkan rasa yang lain Alice, rasa manis yang lebih pekat dari pada rasa pahitnya. Jadi, kita akhiri saja semua ini.” Kau menatapku dengan mata sendu. Kau membuatku tak mampu lagi berkata-kata. Dan semua berakhir begitu saja. Seperti rasa kopi yang selesai saat kopi itu telah tandas.
__________________
Kalau denger nama Kota Beijing yang terlintas di benakku adalah Negara Cina, Kota terpadat penduduknya, Kota terlarang
 

Twitter : @dianputuamijaya

2 comments:

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos