Saturday, January 31, 2015

Resensi – SIMPLE LIE “Kebohongan yang terangkai indah”



Penulis : Nina Ardianti
Penerbit : Gagasmedia
Genre : Romance
Kategori : Young Adult
Terbit : 2007
Tebal : vi + 274 hlm
ISBN : 979 – 780 – 086 – 5
Harga : Rp. 34.000

Apa yang akan kamu lakukan jika kamu mempunyai pacar baik, ganteng, pengertian, cinta mati sama kamu – pokoknya, dia perfect banget? Bersyukur? Bakalan menjalani seumur hidupmu dengannya? Tak akan pernah berpaling sejengkalpun dari dia?
“Siapa yang nyangka sih kalau dirinya bisa sayang dengan Ilham, di saat dia merasa bahwa hidupnya perfect dengan kehadiran Fedi di sisinya?” – hlm 150

Yap, normalnya begitu. Tapi, buat Rere beda. Ini karena seorang cowok yang sifatnya 180 derajat berkebalikan banget dari Fedi, pacar perfect-nya Rere.
“Ilham tuh kayak dosa manis yang nggak bisa buat nggak dilakuin. Udah tau terlarang, tapi karena manis si hati selalu maksa buat bertentangan dengan otak dan ujung-ujungnya otaklah yang bakal nyerah.” – hlm. 66

Ilham punya sifat tengil, badboy, ngomongnya ngeselin tapi dia membuat Rere nggak bisa nggak memperdulikannya. Rere jatuh cinta pada Ilham sampai-sampai dia rela selingkuh – yah, walaupun tidak bisa dibilang selingkuh juga, karena Ilham dan Rere nggak jadian. Tapi, mereka sering hang out berdua, dan punya komunikasi intens banget.
“Lo ngerti nggak sih, suatu saat, suatu waktu, lo bertemu dengan orang yang nggak pernah lo perhitungkan sebelumnya, nggak pernah berpikir untuk bisa suka atau sayang sama orang yang tipenya jelas-jelas lo jauhin, tapi begitu lo dekat dengan dia.., when it’s right… you just click.” – Rere – hlm. 108

Di saat Ilham dan Rere dekat, Fedi makin menjauh dari Rere karena kesibukannya menjadi PO sebuah acara di kampusnya. Jelas dong situasi ini membuat hubungan Rere-Ilham makin lengket sampai-sampai mereka digosipkan ada apa-apa.
Tapi, pelan-pelan Rere merasa capek juga. Dia capek bohong terus. Dia ingin menyudahinya. Tapi, dia tidak bisa melepaskan Fedi, maupun Ilham. Dia jadi cewek paling egois di dunia ini. Dan, dia tahu itu.
“Yah terserah lo Re. sekarang bola ada di tangan lo. Hanya lo yang bisa mutusin milih gimana…” – Sarah – hlm. 111

Ilham sendiri tak ambil pusing dengan statusnya yang tidak jelas. Kalau dia bisa sama Rere ya Alhamdulillah, tapi kalau nggak ya berarti nasib.
“Gue sayang lo, Re…, Makanya gue nggak pernah nyuruh lo buat milih. Gue nggak tega. Pasti susah banget buat milih salah satu dari yang lo sayang. Lagi pula gue kan bukan pilihan…,” – Ilham – hlm. 126

Namun, ini bukan kisah yang terlihat simpel-simpel saja. Ada banyak intrik dan konspirasi di dalamnya.
“Satu-satunya harapan kamu terletak di sini. Hati kamu. Kamu yang memutuskan siapa yang sebenarnya paling kamu sayang. Kalau kamu berani, apapun yang dikatakan hatimu, kamu akan menjalaninya dengan risiko sebesar apapun.” – Alena – hlm. 129
 
Simple Lie, novel lawas karya Nina Ardianti. Novel yang setahu aku, di tahun 2014 sampai sekarang dicari banyak penggemar Nina Ardianti, tapi novel ini udah kayak barang langka aja. Susah banget nyarinya. Kalaupun ada yang jual, harganya udah kayak novel best seller yang tebelnya bisa buat ganjel pintu.
Untungnya, aku punya satu, nih. Udah lama nyempil di pojokan rak buku tapi nggak aku sentuh-sentuh. Tapi, beberapa hari yang lalu, aku merasa pesona novel ini berpendar-pendar dan akhirnya mutusin buat membacanya. *Hehehe….alay, ya? Ini efek baca Simple Lie, lho.
Gaya berceritanya masih Nina Ardianti ala jadul, kayaknya. Meskipun, udah terasa banget khas penulis satu ini – heboh. Tapi, novel ini bertebaran typo dan beberapa kalimat tidak baku.
Dan, dalam satu bab, banyak sekali adegan-adegan yang tiba-tiba. Terasa kayak potongan-potongan cerita jadinya. Juga bikin bingung, karena nggak ada penjelasan perpidahan setting dan situasi. Tiba-tiba aja nyeletuk gitu. Trus terlalu banyak “hehehe” dalam narasi. Ini sedikit ganggu juga.
Tapi, novel ini punya Ilham si cowok badboy yang bikin jatuh cinta. Nggak cuma Rere yang kesengesem, aku pun terpesona habis-habisan sama cowok satu ini. Tengil memang, tapi tengilnya itu, tuh yang bikin ‘wao’.
Sedangkan Fedi, meskipun dia cowok perfect, aku nggak terlalu bisa menangkap pesonanya. Sedangkan Rere, dia cewek yang asyik, tapi dia punya jiwa licik juga. Dan, dia juga egois. Yah, kebuktilah sama sikap dia yang nggak bisa menentukan pilihannya.
Aku paling suka sama interaksi Rere-Ilham. Mereka tuh lucu banget. Pokoknya ngegemesin. Erg… Ilham itu, ya… benar-benar…eghh… baca sendiri, deh. Kamu nggak mungkin bilang, ‘nggak jatuh cinta sama Ilham’. Dia lebih memikat dari pada si Fedrian Arsjad.
Simple Lie dari bab pertama sampai bab 2 terakhir memang kesannya berjalan dengan sangat ringan meskipun banyak problem di sana-sini. Tapi di ending-nya, kita dibuat terhenyak pada setiap fakta yang dibeberkan penulis.
Oh, ternyata novel ini nggak sesimpel kelihatannya. Para tokohnya nggak kelihatan seperti apa yang ada di cerita. Semua tampak begitu berbeda. Konflik ini ternyata punya penyelesaian yang super ruet. Tapi, oke banget.
Untuk ratingnya, aku kasih 3,4 dari 5 bintang deh.

Monday, January 26, 2015

Resensi – FATE “Nasib tak pernah benar-benar buruk”



Penulis : Orizuka
Penerbit : Authorized Books
Genre : Romance, Family
Kategori : Young Adult, Korea
Terbit : 2012
Tebal : 297 hlm
ISBN : 978 -602 – 96894 – 2 – 6
Harga : Rp. 44.000

Jang Min Ho, dan Jang Min Hwan. Dua pria bermarga Jang yang bernasib beda. Jang Min Ho adalah anak sah, sedangkan Jang Min Hwan merupakan anak haram. Mereka menjalani kehidupan yang berbeda, di Negara berbeda.
“Kalau faktanya membuat sedih, bisa tidak sih tidak dikatakan saja?” – Dena – hlm. 114

Min Ho tumbuh dan besar di Indonesia, sedangkan Min Hwan lahir di Korea Selatan. Tapi, saat umur delapan tahun, Min Hwan pindah ke Indonesia dan memulai hidup barunya bersama Min Ho, Juga Dena. Gadis kecil anak pelayan di rumah Keluarga Jang. Mereka menjalin sebuah ikatan yang erat, meskipun sempat terputus saat Min Hwan kembali dipulangkan ke Korea.
Bertahun-tahun ikatan itu seperti hampir memudar. Namun, saat Tuan Jang meninggal, Min Hwan kembali dipanggil ke Indonesia karena dia salah satu ahli waris. Dia harus tetap tinggal di Indonesia jika ingin mendapatkan warisan itu. Dan, kisah mereka bertiga – Min Ho, Min Hwan, dan Dena – kembali diputar.
“Min Ho ya, kau tak perlu khawatir. Hubungan yang paling kekal adalah hubungan keluarga. Walau dipisah seperti apapun, kalian tetap keluarga.” – Tuan Jang – hlm. 171 

Min Hwan kembali ke Indonesia bukan karena kemauannya, tapi kemauan sang ibu untuk mendapatkan hak warisnya. Dia juga membawa kebencian pada ayahnya, juga kakaknya. Dia menganggap, selama ini mereka melupakannya dan membiarkannya hidup menderita.
“Selama ini Hyeong sudah mendapatkan semua yang Hyeong inginkan. Sekali ini… tolong mengalah padaku.” – Min Hwan – hlm. 195

Perlahan, apa yang dia sangka sebelumnya mulai terkuak kebenarannya. Satu persatu benang kusut mulai terurai. Awalnya, Min Hwan sangat sulit menerima kenyataan-kenyataan menyakitkan itu. Namun, sedikit-demi sedikit dia mensyukuri nasibnya yang teramat buruk. Karena tanpa nasib buruk itu, dia tak akan bertemu nasib baiknya.

Fate, novel Indonesia yang lebih terasa novel terjemahan Korea. Novel yang bercerita tentang keluarga dan cinta, juga pengorbanan dan kasih sayang.
Meskipun Min Ho tahu Min Hwan bukan saudara kandungnya, dia begitu menyayangi adiknya ini. Sayangnya tak pernah putus walaupun mereka terpisah bertahun-tahun.
Di antara mereka berdua, ada seorang gadis bernama Dena anak pelayan di rumah Jang, yang mereka anggap sebagai adik. Tapi, ternyata perasaan itu semakin lama-semakin tumbuh berlebih.
“Jangan sibuk menjadi tipe yang ideal. Jadilah dirimu sendiri. Pria manapun akan menganggapnya lebih menarik.” – Min Ho – hlm. 183

Saat Min Hwan kembali ke Indonesia, Dena-lah yang mengurus Min Hwan. Dia juga yang harus mengajari Min Hwan bahasa Indonesia.
Min Hwan tahu Dena menyukai kakaknya. Dan, dia juga sadar, dia mulai menyukai Dena. Dena sendiri yang awalnya begitu yakin cintanya hanya untuk Min Ho, dibuat bimbang karena Min Hwan.
“Kau hanya harus memilih sekarang. Apakah kau tetap mau mempertahankan perasanmu dan terus berusaha, atau membuang semuanya dan melanjutkan hidup.” – Min Hwan – hlm. 159

Bisa dibilang, Fate juga mengisahkan nasib seorang Cinderella modern. Dimana Dena begitu tampak beruntung diperebutkan dua pangeran. Dia lebih beruntung dari pada kisah Cinderella yang asli.
Meskipun Dena tidak disiksa ibu tiri dan saudara tirinya, tapi dia harus rela meladeni sikap menyebalkan Min Hwan yang kerap kali berkata menyakitkan dan suka sekali membully-nya.
Ya, Min Hwan ini tipe pria dengan mulut pedas, namun di dalam hatinya dia adalah sosok yang perhatian dan sensitif. Sedangkan Min Ho, dari luarnya dia sudah tampak begitu baik hati, lembut, dan penyayang, juga sangat bijaksana. Min Ho sangat mirip Tuan Jang.
Sedangkan Dena, dia hadir sebagai gadis ceroboh, cerewet, namun menggemaskan dan menyenangkan. Inilah yang membuat Min Hwan dan Min Ho lama-lama jatuh hati padanya.
Novel ini punya alur yang mengalir dengan cara bercerita yang ringan dan menyenagkan. Sayangnya, banyak sekali istilah bahasa Korea yang digunakan. Meskipun ada footnote-nya, tetap saja ini mengganggu kalau over dosis.
Karakter-karakter tokohnya sangat kuat. Aku menyukai interaksi-interaksi melankolis di antara mereka.
Fate bersetting di Indonesia, namun karena sebagian tokohnya orang Korea, jadi terasa sangat Korea. Sampai-sampai, Dena yang orang asli Indonesia pun terasa sangat Korea. Penulis memang ingin menampilkan sosok cewek Indonesia yang lebih cinta Korea dari pada Negara sendiri.
Pesan yang ingin disampaikan penulis terasa sangat soft ditampilkan dalam bentuk kata-kata yang tidak terasa mengajari, namun lebih pada memberi contoh. Tersirat jelas dari setiap tindakan para tokoh-tokohnya.
Penulis juga begitu pandai menyembunyikan fakta dan membuat penasaran. Dia berhasil memunculkan kenyataan-kenyataan menjadi sebuah kejutan yang beberapa tak bisa kutebak.
Endingnya cukup okelah. Dan, penyelesaian masalahnya meskipun sangat terasa Drama Korea sekali, namun asyik.
Rating untuk novel ini 3,2 dari 5 bintang.

Minat sama novelnya? Bisa diorder di Booklaza. Dijual second, ya, guys.

Saturday, January 24, 2015

[Master Pos] Tantangan Membaca Haru



Penerbit Haru, meskipun penerbit ini termasuk masih balita, alias dibawah lima tahun usianya. Namun, buku-buku yang dihadirkannya begitu menarik, terutama novel terjemahannya.
Aku hitung, ada 17 novel Penerbit Haru yang sudah aku miliki. Dan, semoga bisa nambah lagi dan lagi. Harusnya sih gitu, karena novel-novel Haru ini dari cover-nya saja udah memikat banget. Dan, ceritanya sebagian besar berhasil membuat aku terhanyut.
Dari beberapa novel yang sudah aku baca, aku suka banget sama Cheeky Romance karya Kim Eun Jung. Dan, novel Penerbit Haru terakhir yang aku baca itu Novel Bonus Track karya Koshigaya Osamu.
Karena baru ada 17 novel, dan sudah setengahnya aku baca, maka aku mengambil Fase Primer (1- 10 buku) saja dulu.
Buat yang mau ikutan juga, ini rulesnya :
Waktu             : Januari 2015-Desember 2015
Tata cara        :
1. Like facebook fanpage Penerbit Haru dan follow twitter @PenerbitHaru
2. Memiliki blog seperti blogspot, tumblr, kompasiana, wordpress (note Facebook tidak bisa)
3. Pasang banner ini di blog kamu. Banner harus ditautbalikkan ke postingan ini selama program ini berlangsung.
4. Membaca buku terbitan Haru dan membuat resensinya.
5. Memilih tingkat tantangan yang merupakan tingkatan #HaruSyndrome yang kamu derita:
Fase Primer : 1- 10 buku
 Fase Sekunder : 11-20 buku
 Fase Laten : 21-30 buku
 Fase Tersier : >31 buku
 6. Buku Haru yang dibaca boleh mana saja, juga boleh membaca ulang. Namun, HARUS membuat resensi baru yang dipost mulai Januari 2015
7. Wajib membuat post awal. Post awal adalah postingan yang berupa info bahwa sedang mengikuti ‘Tantangan Membaca Haru’ ini.
8. Mendaftar ke tantangan.haru@gmail.com dengan subyek [Tantangan Membaca Haru_Nama]
Isi data berikut
Nama
Alamat
No hp
E-mail
Twitter
Facebook
Link blog post awal:

9. Pada akhir tahun, wajib membuat post akhir yang berisi kesan kalian saat mengikuti ‘Tantangan Membaca Haru’ beserta link resensi yang telah dibuat.

Selain itu, Haru juga menyiapkan beberapa hadiah menarik, yaitu :
 1. Satu orang yang berhasil memenuhi target Fase Tersier akan mendapatkan:
-Uang Rp. 300.000
-Lima buah buku Haru yang terbit tahun 2016
-Piagam penghargaan
2. Semua yang berhasil memenuhi tingkat tantangan yang dipilih, akan mendapatkan piagam penghargaan.
3. Setiap 4 bulan sekali, akan dipilih 1 orang pemenang yang mendapatkan hadiah menarik dari kami. Pengumuman pemenang akan dilaksanakan pada tanggal
-  11 April 2015
-  11 Agustus 2015
-  11 Desember 2015 

Wednesday, January 21, 2015

Resensi - COUPL(OV)E “Bersamamu karena terbiasa atau mencinta?”



Penulis : Rhein Fathia
Penerbit : Bentang
Genre : Romance
Kategori : Adult, Persahabatan, Pernikahan
Terbit : Februari 2013
Tebal : xii + 388 hlm
ISBN : 978 – 602 – 7888 – 12 – 8
Harga : Rp. 64.000
“Ada hal yang berbeda dengan hubungan persahabatan kalian.” – Riki – hlm. 102
Benarkah?
Awalnya, tidak. Persahabatan mereka murni sebuah persahabatan. Meskipun, banyak yang bilang hubungan dua sahabat yang berlawan jenis selalu ada yang lebih.
Perubahan statuslah yang membuat semua berbeda. Suami-istri. Ya, mereka menikah. Namun, bukan karena cinta. Tapi, karena rasa nyaman dan selalu ingin bersama. Sesederhana itu alasan pernikahan mereka.
“Kini, kasusnya malah kebalikan. Mereka akan menikah dengan alasan logis dan cinta dinomorduakan. Namun, Halya percaya, jika dengan Raka, semua akan baik-baik saja.” – hlm. 246

Halya, seorang novelis sekaligus penerjemah yang bekerja di sebuah penerbit. Dia bersedia menikah dengan Raka, sahabatnya yang bekerja sebagai bankir.
“Atau, kalau sampai umur tiga puluh tahun dan masih sama-sama single, aku ngelamar kamu aja.” – Raka – hlm 3

Bagi Halya, cintanya hanya untuk Gilang. Dan, bagi Raka, setelah ditinggal menikah Rina – cinta pertamanya – wanita itu masih saja menempati hatinya. Tapi, saat Raka melamar Halya, Halya memutuskan untuk menerimanya, menerima sahabat terbaiknya untuk menjadi suaminya, meskipun dia tidak mencintainya.
“Karena pada akhirnya, cinta bukan lagi tentang uang, kedudukan, seks, fisik, atau apapun. Selama kamu nyaman as long as feel that ‘click’ with him, just go on.” – Angie – hlm. 189

Apakah pernikahan tanpa cinta ini bisa bertahan? Apalagi, Rina kembali muncul di hidup mereka. Dia sangat berharap bisa meraih cinta Raka yang dulu belum sempat dia gapai. Nostalgia romantis masa lalu tampak begitu mengikat Raka dan Rina.
Sedangkan Halya, dia belum bisa melepas Gilang begitu saja. Meskipun dia tahu kenyataan yang terjadi di antara mereka sudah tak memungkinkan lagi.
“Hal paling menyedihkan adalah ketika melihat sahabatmu masih berharap pada kekasih lamanya. Masih menunggu dan berharap kembali meski dia sudah berikrar akan setia kepadamu sehidup semati.” – hlm. 282
 
Coupl(ov)e, Novel pertama Rhein Fathia yang aku baca, dan ternyata aku sangat nyaman dengan gaya berceritanya.
Coupl(ov)e memang punya ide cerita yang sangat umum, persahabatan menjadi cinta, kemudian masa lalu. Namun, penulis menyajikannya dengan cara berbeda. Cinta bukan awal sebuah pernikahan. Tapi, pernikahan yang menjadi awal sebuah cinta. Ini seperti memberi petuah, kenapa harus takut menjalin hubungan yang tidak didasari cinta kalau perasaan nyaman sudah bisa kita rasakan?
“Pernikahan nggak hanya butuh cinta. Siapa tahu dengan adanya friendship, rasa itu akan tumbuh.” – Puput – hlm. 253

Alur novel ini menggunakan alur maju mundur, namun tempat dan tahun dituliskan di awal cerita yang memudahkan pembaca untuk langsung memahami perubahan waktu dan tempatnya.
Nah, saat perubahan waktu inilah penulis mengungkapkan setiap rahasia yang tersebunyi di bagian-bagian cerita.
Saat Prolog, kita bertemu Halya dan Raka saat masih SMA. Kemudian, cerita dibagi menjadi 4 bagian. Bagian pertama saat Raka dan Halya menjadi pengantin baru. Bagian ini membuatku geli. Karena menceritakan seberapa bingung mereka dengan status baru yang mereka sandang.
“Kamu tahu kenapa orang yang menikah selalu mendapat ucapan selamat menempuh hidup baru? Karena mereka harus meninggalkan sebagian orang-orang yang pernah mereka sayangi pada masa lalu.” – Rina – hlm. 265

Lalu, bagian kedua kita bertemu lagi saat Raka dan Halya SMA sampai lulus kuliah, kerja, dan jatuh cinta pada cinta masing-masing. Awalnya aku agak takut menghadapi bagian kedua ini. Karena, kesannya aku akan bertemu teenlit. Ternyata, tetap asyik kok. Kita jadi semakin mengenal tokoh-tokohnya.
Lalu, bagian  ketiga dimana Halya mengalami patah hati parah karena Gilang, sampai detik-detik pernikahan mereka. Kemudian, bagian keempat kembali menyambung kisah di bagian pertama dan the end.
Di bagian keempat aku dibuat geregetan sama Halya dan Raka. Dan, aku benar-benar kesal pada Rina. Ini cewek awalnya terkesan cewek baik-baik. Tapi, kenapa karena cinta dia berubah garang seperti ini.
“Salahkah aku ingin hidup bahagia dengan cinta sejatiku? I have lots of sweet memories with him.” – Rina – hlm. 303
“Dalam pernikahan, dibutuhkan cinta dan iman. Dua hal itu yang akan menjadi stimulasi agar rumah tangga tidak retak. Jika cinta diantara kamu dan Andi belum tumbuh, tak cukupkah iman menjadi penyangganya?” – Husna – hlm. 304

Menurutku, Rhein Fathia pintar banget memunculkan rasa penasaran pembaca. Dan, sangat cerdik memunculkan jawabannya di tempat-tempat yang tak diterduga. Inilah yang bikin novel Coupl(ov)e sangat seru dan nggak membosankan.
Namun, mbak satu ini sepertinya lupa Halya sudah bukan gadis lagi saat mengucapkan kata ganti Halya di halaman 350 paragraf dua.
Karakter Halya yang ramah, ceria, cerewet, namun sensitif dan suka sekali memendam isi hatinya sangat pas disandingkan dengan Raka yang cool, namun asyik, dan perhatian.
“Karena dalam hubungan serius akan ada saling menyakiti meski tanpa sengaja, juga air mata.” – Raka – hlm. 137

Munculnya tokoh Gamma dan Puput menjadikan novel ini semakin semarak. Dan, aku suka akhir kisah mereka berdua. Yah, aku sudah menebak mereka pasti seperti itu, tapi aku tetap terkejut saat itu terjadi.
Momen romantis yang dibikin penulis rasanya manis banget dan nggak pasaran. Contohnya momen saat Gilang melamar Halya, dan saat Gamma dan Puput ‘ehm…’.
Karakter Gilang ini tipe cowok keren yang digilai cewek. Meski fisiknya nggak banyak digambarkan, tapi dari cara dia bersikap pada Halya, siapa sih yang nggak meleleh. Gilang itu romantis banget.
“Makanya, aku buatkan gelang kaki ini sebagai simbol. Semoga kamu bisa menjadi jalan surga bagi anak-anakku nanti. Bukankah surga berada di telapak kaki ibu?” – Gilang – hlm. 221

Banyak hal yang aku dapat dari novel ini. Salah satunya sudah aku sebutkan di atas. Kenapa harus takut menjalin hubungan tanpa di dasari cinta jika kita sudah nyaman? Lalu, hal-hal lain dalam sebuah pernikahan seperti bagaimana kita memahami komitmen dalam sebuah pernikahan.
“…bahwa cinta yang menggebu itu hanya bertahan selama dua tahun dalam pernikahan. Selebihnya, tanggung jawab dan komitmen.” – Raka – hlm. 237

Rating novel ini 3,9 dari 5 bintang.
 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos