Sunday, December 7, 2014

Resensi – PANGERAN KERTAS “Sihir Puisi dan Rindu”



Penulis : Syahmedi Dean
Penerbit : Gramedia
Genre : Metropop, Drama, Family
Terbit : September 2014
Tebal : 224 hlm
ISBN : 978 – 602 – 03 – 0784 – 8
Harga : Rp. 50.000

Nania, putri semata wayang seorang selebriti terkenal, Jonathan Razi. Dia sedang berada di tengah peperangan antara kedua orang tuanya.
Dalam kesedihannya, Nania selalu mencurahkan isi hati di buku merahnya. Di sanalah dia jatuh cinta pada Pangeran Kertas, sosok yang lahir dari kata-katanya sendiri.
Kemudian, Raka muncul. Nania begitu penasaran pada cowok ini karena mendengar beberapa bait kata yang dia tuliskan di skenario Papa Jo. Saat itulah Nania seperti menemukan Sang Pangeran Kertas yang selama ini hanya ada dalam imajinasinya.
“Kau menyiksaku dengan rayuan malam. Kau tarik aku terbang ke bulan. Bisakah kau kirimkan aku kembali ke bumi?” – Raka – hlm. 47

Dari acara Pekan Sastra Remaja di Taman Menteng, Raka dan Nania mulai menunjukkan perasaan masing-masing. Dan di Taman Ayodhya cinta itu mulai mereka wujudkan. Sayangnya, ada sosok Alvan yang lebih dulu hadir di hidup Nania. Alvan berhasil membuat Raka berfikir, Nania sudah mempermainkannya.
“Aku pikir kamu seorang kesatria, temuilah aku. Biasakan untuk menyelesaikan masalah, dan pergi baik-baik.” – Nania – hlm. 115

Raka pergi dengan segala spekulasinya sendiri. Meninggalkan Nania yang patah hati dan merana. Kemudian Alvan, dia hadir dan mencoba menyembuhkan luka Nania.
“Siapalah  pemilik hati? Siapalah pemilik harapan? Tak ada yang tahu di mana aliran keduanya akan bertemu, membawa tawa atau air mata.”– hlm. 216
 
Pangeran Kertas, Novel yang mengangkat sisi kehidupan selebritas – secara tidak langsung. Bisa dibilang, kita disuguhi realita seperti apa kehidupan di balik glamornya para seleb. Keluarga yang kelihatan harmonis, belum tentu benar-benar seindah apa yang tampak.
Seperti keluarga Nania, sang papa mencoba menampilkan image pria setia dengan keluarga yang bahagia. Namun kenyataannya, sang istri sama sekali tak bahagia karena suaminya terus saja sibuk bekerja, dan anaknya merasa kesepian karena orang tuanya yang kadang lupa akan keberadaannya.
“Tapi setiap kenyataan yang kita dapat memang selalu punya konsekuensi. Kita harus selalu kuat dan siap. Itulah kenapa di antara harapan dan kenyataan selalu ada rentang waktu, supaya setiap saat kita bisa bersiap-siap.” – Shanti – hlm. 197

Karakter Nania kadang tampak tegar, sebenarnya dia sangat rapuh. Dia tak mampu melakukan apa-apa, sekalipun dia berhak untuk meminta didengarkan suara hatinya.
Mamanya yang sering kali emosional seperti menggambarkan karakter antagonis. Meskipun sang mama bisa dibilang korban dari ketenaran sang papa, namun cara dia menunjukkan kemarahan sangat berlebihan. Sehingga, Papa Jo yang sebenarnya adalah pemicu masalah, malah tampak sebagai tokoh protagonis. Apalagi saat kita mulai mengenal karakter Papa Jo yang ramah, penyayang dan menyenangkan, kita akan dibuat simpati padanya.
Sedangkan Raka, aku agak ilfil dengan cowok seperti ini. Dia begitu sensitif dan aku rasa dia juga egois. Dia tahu–sangat tahu Nania mencintainya. Kenapa dia tidak mencoba untuk percaya pada Nania? Kenapa dia malah pergi dengan pikirannya sendiri? Memangnya dengan begitu dia akan bahagia? Hah, cowok bodoh! Ya, cowok seperti Raka adalah cowok bodoh.
Berbeda dengan Raka, Alvan menampilkan karakter cowok menyenangkan, baik, perhatian, dan juga tegas. Dia seperti jalan lurus yang menyenangkan, namun Nania tampak enggan melaluinya.
“Na, intuisi dan rasa suka, kalau bergabung, nggak perlu lagi waktu berabad-abad untuk riset dan perkenalan. Tinggal keberanian saja untuk meraih idaman jiwa.” – Alvan – hlm. 178

Berbicara tentang pilihan diksi, novel ini cukup banyak menggunakan kata-kata puitis. Namun terkadang, aku malah merasa kalimatnya tampak berlebihan dan kurang cocok jika digunakan dalam situasi tersebut. Mungkin, ini masalah selera juga, sih.
Di novel ini, juga tersaji beberapa puisi yang ditulis Nania dan Raka. Puisinya, em… sebenarnya aku bukan ahli puisi. Namun, saat membacanya, aku tidak menemukan feel yang menyentuh hati.
Menurutku lagi – maaf, ya – kalimat-kalimat dalam percakapan terkadang terasa hambar, seperti kurang rasa, seperti kurang alami.  
Bagian pembuka juga kurang menyedot rasa penasaranku. Lalu, kebetulan-kebetulan di novel ini terlalu banyak. Dari puisi yang seperti saling menjawab, padahal belum ada interaksi di antara mereka, kenal saja belum.
Kemudian, dua kali pertemuan Nania dan Raka di Jaipur. Juga beberapa kebetulan lainnya yang diceritakan di ending. Aku nggak bisa sebutkan, takut spoiler. Lalu, untuk penyelesaian konfliknya, aku merasa seperti dipaksakan.
Yang menarik, novel ini mengajak kita untuk jalan-jalan ke Jaipur, India. Kemudian, diselipkan juga Holi Festival yang sepertinya menyenangkan untuk diikuti. Aku serasa membaca novel traveling saat sampai di bagian itu.
Tidak hanya India, penulis juga mengambil setting di Yogyakata, tempat Raka dilahirkan dan dibesarkan. Penulis berhasil menggambarkan kedua tempat ini dengan sangat menarik.
Padahal, kemarin aku baru saja dikasih tahu, jangan liburan ke India. Negara itu Negara yang jorok banget. Saat ingat itu, aku langsung nggak jadi jatuh cinta pada India.
Kalau Yogyakarta, aku pernah backpacker-an ke sana dan melalui jalur yang dilalui Raka untuk pulang ke rumah. Berasa ikut berjalan di samping Raka saat membaca bagian tersebut.
Untuk desain cover, menurutku cukup artistik dan menarik. Siluet wajah seorang cowok yang terbentuk dari kumpulan pepohonan cemara. Wuiiihhh…kreatif banget.
Rating untuk novel ini 2,5 dari 5 bintang.

6 comments:

  1. Hahaha,, jangan lupa ikutan Giveaway with Booklaza. Kali aja dapet vouchernya. Lumayan kan? :D

    ReplyDelete
  2. buku ini kayaknya bahasanya lumayan nyastra ya, berat :)

    ReplyDelete
  3. Pernah ada keinginan untuk membeli novel ini. Tapi membaca blurb-nya, saya urung. Saya kurang yakin novel ini akan sebagus series novel sebelumnya...

    ReplyDelete
  4. Arga Litha : Nggak nyastra berat kok Mbak Litha, Hahaha... masih bisa masuk ke selera para pembaca novel pop :D

    Adin : Aku malah belum baca novel series-nya. Hehehe... cukup penasaran, sih, dulu. Tapi, entah kenapa setelah baca novel ini, aku jadi nggak tertarik lagi sama novel seriesnya. :D

    ReplyDelete
  5. Minat sama novel ini? Booklaza ready 1 buku. Untuk buku lain silahkan buka instagram @booklaza

    ReplyDelete

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos