Monday, May 12, 2014

Resensi – Mahogany Hills “Ijinkan aku membalas cintamu”



Penulis : Tia Widiana
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Mei 2013
Tebal : 344 hlm
Genre : Amore
ISBN : 978 – 979 – 22 – 9584 – 9
Harga :Rp. 58.000

Menikah, sebuah tahapan baru yang menuntut kita untuk lebih dewasa dan lebih sabar menghadapi segala cobaan dari langkah yang sudah kita pilih. Namun, meski sangat mudah mengatakannya, ternyata sangat sulit mewujudkannya, walaupun kita melakukannya bersama orang yang kita cintai.
Nah, kalau dengan orang yang kita cintai saja sesulit itu. Bayangkan jika kita menjalankannya dengan orang yang baru kita kenal beberapa hari, dan beberapa hari kemudian, dia tiba-tiba sudah bertitle suami atau istri untuk kita. Seberapa sulitkah hidup itu nanti?
Jagad Arya Arnawarma dan Paras Ayunda Bakhtiar, pasangan pengantin baru yang dituntut sabar dan lebih dewasa untuk menghadapi satu sama lain. Namun, Jagad dan Paras menikah bukan karena cinta, tapi dijodohkan.
Paras bisa menerima dengan lapang dada keadaannya sekarang. Namun Jagad berbeda. Dia menentang pernikahan ini, bahkan dia sudah hampir membatalkannya. Namun, karena tak ingin membuat ibunya sakit lagi, Jagad akhirnya menikahi Paras.
“Kenapa aku? Kau membuatku berada di posisi yang sulit. Dan aku bisa jamin, pernikahan ini tak akan mudah bagimu.” –Jagad– Hlm. 39

Dan setelah pernikahan itu mereka memutuskan tinggal di sebuah rumah bernama Mahogani Hills, karena Jagad harus mengurus pembangunan resort-nya. Kemudian, permainan yang sudah direncanakan Jagat dimulai.
Dia ingin Paras meminta cerai darinya dengan terus membuat Paras tersiksa dengan hubungan mereka, dengan sikapnya yang terus-terusan sinis pada Paras, dengan membuat Paras kesepian tinggal di kaki gunung Halimun, bahkan dengan menunjukkan terang-terangan kalau Jagad mencintai Nadia dan sama sekali tidak punya perasaan apapun pada Paras.
“Semoga kau puas, setelah kau tahu kau telah menghancurkan hidup kami berdua. Hanya untuk memuaskan keinginanmu dan keluargamu.” –Jagad– Hlm. 102

Namun sebenarnya, di dalam lubuk hati Jagad yang paling dalam, Jagad sudah jatuh cinta pada Paras sejak pertama kali melihat sosok wanita lembut di hari pertunangannya. Tapi, Jagad tak bisa mengakuinya karena janjinya pada Nadia, menikahinya suatu hari nanti.
Perlahan Jagad menyadari cintanya pada Paras mulai tak bisa ditahan. Dia menginginkan istrinya yang selama ini dihindarinya, diacuhkannya, tak dipedulikannya. Dia benar-benar tersiksa karena hanya bisa menahan segala yang bisa dia lakukan pada Paras selayaknya suami-istri, namun tak bisa dia lakukan pada istrinya sendiri.
Paras bisa menerima segala perlakuan Jagad padanya. Namun, saat dia tahu dia mengandung, dia memutuskan meninggalkan Jagad, suami yang dia kira tak pernah mencintainya. Sayang, saat diperjalanan Paras mengalami kecelakaan dan akhirnya amnesia.
“Ingatan dan kenangan memang tidak pernah abadi. Jika ingatanmu tentangku hilang, kenanganmu tentangku tidak berbekas, kita bisa selalu membuatnya lagi.” –Jagad– Hlm. 287
Lalu, apakah keadaan Paras saat ini membuat Jagad pergi meninggalkan istrinya untuk Nadia? Dan sebenarnya apa alasan Paras memilih Jagad sebagai suaminya? Juga siapa Adrian yang membuat Paras ketakutan saat melihat pria ini muncul di Mahogany Hills?
“Lupakan saja. Aku yang naif berpikir kau punya potensi untuk menjadi suami yang baik, hanya karena apa yang kau lakukan selama lima belas menit, tiga belas tahun yang lalu.” – Paras – Hlm. 213

Mahogany Hills, Pemenang pertama Lomba Penulisan Novel Amore Tahun 2012 yang diadakan Gramedia, sekaligus novel debut Tia Widiana dalam dunia sastra Indonesia.
Mendengar tema yang diangkat, yaitu tentang perjodohan, jujur aku agak underestimate. Perjodohan itu masalah klise, guys! Apalagi ada adegan amnesia. Oh, My God, nggak ada trik lain, ya? Ini kayak sinetron aja!
Tapi, aku mencoba mengenyahkan bisikan setan di telingaku. Kucoba menikmati setiap bagian novel ini, dan aku sudah mulai tertarik sejak membaca paragraf pertamanya.
Detail perjalanan mereka menuju Mahogany Hills bisa diuraikan dengan manis dan tidak membosankan. Setting rumah yang menjadi tujuan merekapun tampak sangat menarik dan artistik. Belum lagi gambaran lingkungan tempat tinggal mereka yang bikin aku pingin melihat dengan nyata.
Aku suka karakter Paras yang terkesan sederhana dan sama sekali tak terlihat kalau dia ini lulusan luar negeri, bahkan hampir menjadi kandidat Ph.D. Sikap sabarnya dan tabahnya, juga caranya berinteraksi dengan orang lain membuat aku jatuh cinta dengan karakter Paras. Menurutku, Paras adalah gambaran sosok perempuan sempurna.
Sedangkan Jagad, meski di awal dia tampak seperti monster bagi Paras. Tapi, saat Paras amnesia, aku merasakan Jagad adalah pria gantleman meski dia perlu waktu cukup lama untuk mengakui kesalahannya dan perasaan cintanya pada sang istri.
“Setelah menikah denganmu, cinta jadi tidak terlalu rumit. Denganmu, cinta menjadi sangat sederhana. Cinta adalah memberi, menerima, dan memaafkan. Aku bukan malaikat, aku lelaki brengsek yang pernah menyia-nyiakanmu. Tapi aku tahu aku tidak akan meninggalkanmu hanya karena kau terlalu baik untukku. Aku akan selalu bersamamu, dan terus belajar mencintaimu, agar aku bisa sebaik kau.” –Jagad– Hlm. 329

Untuk tokoh yang lainnya, seperti Nadia, Andrian, teman-teman Jagad dan para pekerja resort hanya berperan sebagai pemicu konflik semata. Penulis lebih fokus pada Jagad dan Paras.
Dalam novel ini masih ada beberapa typo. Contohnya di halaman 55 – 60. Jika diamati dengan cermat, nama wartawan dan kameramennya tidak konsisten.
Dan epilognya, aku kurang sreg. Karena epilog dalam novel ini seperti menampilkan cerita baru yang di dalamnya terdapat Jagad dan Paras. Meski pada dasarnya epilog tersebut masih menggabarkan bagaimana akhir ceritanya, tetap saja ada yang terasa janggal dalam sambungannya.
Namun, aku suka gaya bercerita penulisnya. Berhasil membuat aku bersimpati, terharu bahkan bahagia karena merasakan apa yang dicurahkan para tokohnya. Dan, novel ini cukup punya daya sedot kuat yang bisa memaksaku terus membacanya sampai-sampai dalam satu hari aku sudah menghabiskan setengah bukunya.
Jadi, aku memberi 3,6 dari 5 bintang untuk novel ini.

Tulisan ini diikutsertakan dalam Indonesian Romance Reading Challenge 2014

No comments:

Post a Comment

 

Jejak Langkahku Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos